-->

Mengurai Benang Kusut Pikiran


 Catatan Harian: AS Laksana 

“Jika kamu sedang dalam masalah, tuliskan pikiranmu.” Saya selalu ingat nasihat itu. Setiap masalah akan memberati pikiran, memberati kepala, dan menulis adalah meletakkan apa yang memberati kepala dan pikiran ke halaman-halaman kertas. Mungkin kita belum menemukan cara mengatasinya, tetapi kita sudah meletakkannya, dan tentu saja merumuskannya secara lebih jernih; bagaimanapun, dengan menulis kita akan merapikan dan menata gagasan-gagasan yang simpang siur di kepala kita. 


Kata-kata menjadi alat untuk mengungkapkan perasaan, memahami diri sendiri, dan menemukan makna setelah kita mengurai benang kusut pikiran kita.


Pada masa lalu, ketika masih akrab dengan pena dan kertas, catatan harian menjadi seperti kuil tempat saya menenangkan diri: saya cukup rajin mencatat apa yang saya rasakan—kegembiraan, kejengkelan, kemarahan, atau rasa frustrasi, dll.—dan biasanya secara otomatis akan muncul pertanyaan mengapa saya merasa seperti ini. Mengapa saya tidak menggunakan perasaan yang lain untuk menghadapi situasi ini?


Saya memiliki semua perasaan, komplet, dan mengapa saya hanya cenderung menggunakan perasaan yang ini? Mengapa saya tidak menggunakan perasaan yang lebih sehat?


Jenis pencatatan lain yang saya sukai adalah mencatat pertemuan dengan orang-orang, baik yang saya kenal maupun yang saya tidak kenal dan kami terlibat percakapan, dan itu membuat saya lebih peka terhadap detail orang-orang yang saya jumpai. Saya pikir itu sangat membantu ketika saya perlu menciptakan karakter untuk sebuah cerita.


Kelihatannya perlu kembali ke kertas dan pena. Menulis dengan kertas dan pena selalu terasa lebih meditatif.



HYPNO-SLIDE

Back to Top