*MENGELOLA KEMELEKATAN*
Sebab utama berbagai penyakit fisik dan mental adalah "kemelekatan", yaitu apa-apa yang serba "terlalu melekat" baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
Hukum alamnya jelas, kelebihan pada sesuatu akan berakibat kekurangan pada sesuatu yang lain. Inilah intisari hukum keseimbangan dan pertengahan.
Menurut ilmu healing, baik medis modern atau penyembuhan alternatif dan bahkan perdukunan klenik, penyembuh semua penyakit adalah *pengalihan* kemelekatan dan pencegah semua penyakit adalah *keseimbangan* kemelekatan.
Implikasinya, ketika dikatakan "bersama penyakit Tuhan menurunkan juga obatnya", maka penyembuh dan pencegah penyakit itu tidak berasal dari luar diri kita, melainkan sudah ada di dalam diri kita.
Setiap manusia, dikaruniai "healing engine" atau "mesin kesembuhan" di dalam dirinya".
Obat merah tidak menyembuhkan; ia hanya mensterilkan luka dari ancaman kuman dan bakteri.
Antibiotik tidak menyembuhkan; ia hanya membunuh kuman yang mengacaukan proses kesembuhan.
Jahitan luka hanya merapatkan dan menutup jaringan yang terbuka; sel-sel tubuh kita sendirilah yang menyatukannya kembali.
Setiap obat yang kita minum tidak pernah bertempur langsung dengan penyakit; ia hanya memicu mekanisme kimia, biologi dan hormonal tertentu dalam diri kita.
Operasi medis secara fisik dengan obat atau dengan pisau bedah pada dasarnya adalah "melancarkan", "menghilangkan penghambat", "memperbaiki" atau "mengganti" sarana kesembuhan.
Semua itu demi self-healing, karena "every healing is self-healing".
Di suatu tempat, ada dukun terkenal yang mengobati penyakit apapun dengan pil kina. Di suatu tempat lain, ada dukun yang menyembuhkan penyakit apapun dengan daun sirih. Di tempat lain lagi, ada penyembuh yang disebut "dukun sebul" karena penyakit apapun diobati dengan meniupkan asap rokok ke bagian tubuh yang sakit. Sakit eksim "obatnya" itu, sakit kanker "obatnya" ya itu juga.
Sejatinya, semua itu adalah sarana untuk memicu atau meng-kick-start mesin kesembuhan dalam diri pasien sendiri. Apa yang disebut "berobat" adalah memicu mesin kesembuhan untuk mengembalikan keseimbangan kemelekatan.
Definisi "sembuh" itu sendiri ada dua macam, yaitu *cured* atau "hilangnya penyakit" dan *healed* atau "terangkatnya penderitaan". "Cure" itu haknya Tuhan, "heal" itu wilayah kasabnya manusia. Yang satu qadha, yang satu qadar.
Para pakar di bidang ini, di sebut "ahli", "spesialis" atau "orang pintar", karena salah satu kemampuan utama mereka adalah mengkomunikasikan dan berkomunikasi dengan apa yang disebut "self-image"; keahlian kontak batin antara self-image penyembuh dengan self-image pasien.
"Self-image" adalah "tubuh halus" sebagai sarana masuk dan template otak-atik "healing engine" dengan apapun sebutan sesuai bidang masing-masing; anatomi biologis, sistem syaraf, sistem peredaran darah, sistem pencernaan, sistem reproduksi, jaringan kelenjar, sistem hormon, konstruksi mental, keadaan psikologis, medan energi, magnetisme, titik akupuntur atau akupresur, chakra, titik meridien, chi, titik refleksi, skema, mapping dan bahkan "khodam" dan sebagainya, bahkan LoA, magnet rejeki, analisis tanda tangan, coaching atau mentoring framework, sistem akuntansi dan sebagainya dalam "financial healing".
Terkait semua bidang dan spesialisasi itu, semuanya memiliki standar, pakem, SOP, framework, metodologi, alat, perlengkapan, sarana, rukun, syarat dan cara kerjanya masing-masing baik untuk penyembuh maupun untuk pasien.
Masuk ke ruang dokter lalu melihat dokternya cuma pakek kaos oblong dekil dan rambutnya metal, maka itu menurunkan peluang kesembuhan.
Bertemu dokter yang sudah standar berjubah putih dan berkalung stetoskop pun, kita mungkin akan berkata, "dokter dan obat itu cocok-cocokan".
Pergi ke dukun dan melihat dukunnya berkumis tebal, berpakaian hitam, bergelang akar bahar, bercincin segede telor, di kelilingi berbagai pusaka, itu lebih cepat menyembuhkan, ketimbang kita melihatnya berkemeja necis dan berdasi.
Mereka semua perlu pendidikan dan keahlian khusus dan harus diakui mereka memang ahli dalam bidang masing-masing.
Mereka mengeksekusi dua hal mendasar dalam proses penyembuhan, yaitu; "pengalihan" dan "grounding".
"Pengalihan", diciptakan karena pasien sendirilah yang sering menjadi penghambat proses kesembuhan. Kemelekatan menjadi sebab penyakit, kemelekatan juga yang menghambat kesembuhan.
"Pengalihan" itu dilakukan agar pasien tidak ngerecokin operasional mesin kesembuhannya sendiri.
Untuk itu, dokter memberi kandungan obat tidur, menyarankan banyak istirahat, menasehati untuk nggak usah banyak pikiran.
Mahar atau syarat "menebus sembuh" dan terapi dalam dunia penyembuhan alternatif adalah juga "pengalihan". Itu sebabnya sering nggak nyambung-nyambung amat dengan penyakitnya, sebagaimana obatnya juga sering aneh bin ajaib.
Sembuh itu lebih cepat saat si pasien cita-citanya tinggal satu, yaitu "yang penting sembuh" dan tidak sibuk dengan selain itu.
"Pengalihan" itu seperti kita memperbaiki mesin mobil; sulit atau mustahil dilakukan bersamaan dengan mesin hidup sambil mobil berjalan. Mesinnya harus mati, mobilnya minggir atau masuk bengkel alias "grounded" untuk ditangani oleh montir.
Di dalam diri setiap manusia, ada dua jenis syaraf yang bekerja dengan dua mode berbeda, yaitu syaraf *simpatetik* dan syaraf *para-simpatetik*.
Syaraf simpatetik, bekerja dalam mode "*flight or fight*", yaitu mode "survival" atau mode "tempur" atau mode "awas" atau mode "siaga", misalnya saat kita bekerja, beraktivitas fisik dan mental, saat mengendarai kendaraan dan bahkan saat negosiasi dagang. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan atau mengamankan diri, bertahan dan menang atas atau terhadap sesuatu.
Syaraf para-simpatetik, bekerja dalam mode "*rest and digest*", yaitu mode "istirahat" atau mode "mencerna" atau mode "reproduksi", atau mode "repair and maintenance", yaitu saat kita beristirahat, saat kita tidur, saat kita rileks, saat kita diam dan tenang. Tujuannya adalah reparasi internal dan maintenance fisik dan mental, rejuvenate atau peremajaan, termasuk di dalamnya proses kesembuhan.
Hidup, kita jalani dengan dua mode itu. Secara alamiah tubuh kita mengatur kerjasama kedua mode itu sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental kita secara seimbang. Jika diumpamakan huruf "U", maka lengan kanan huruf itu adalah mode "siaga" dan lengan kirinya adalah mode "rileks". Titik keseimbangannya ada tepat di tengah lembah dari huruf itu. Titik keseimbangan itu disebut "homeostasis" atau "titik pasrah".
Proses yang disebut "penyembuhan", adalah menggeser mode syaraf dari "siaga" menuju "homeostasis" dan "mengalihkannya" ke mode "rileks".
Proses menuju "homeostasis" itu disebut "grounding" atau "pembumian" dan penurunan intensitas mode itu diikuti dengan "pengalihan" kemelekatan ke mode penyeimbangnya.
Relaksasi, meditasi, hipnosis, memenuhi mahar, minum obat adalah "grounding" untuk melepaskan diri dari "kemelekatan" pada mode "siaga" yang memuncak karena ketidakseimbangan yang disebut "sakit".
Terkait sakit apapun, langkah pertama yang dilakukan selalu "stabilisasi" alias "grounding". Treatment awal darah tinggi, gula darah tinggi, asam urat tinggi misalnya, adalah contoh yang sangat umum.
Mengatur nafas, mengamati pikiran, sugesti, terapi, banyak istirahat adalah "pengalihan" menuju "kemelekatan" baru pada mode "rileks". Keseimbangan akan kembali dicapai setelah "tek-tok" melewati "homeostasis" dan itulah yang disebut "proses penyembuhan".
Bayangkan kelereng yang mengayun "pasrah" bolak-balik di lembah huruf "U" sampai kelereng itu diam.
Setelah seimbang dan kembali netral di titik "homeostasis", itulah yang disebut "sembuh".
"Grounding" menjadikan seseorang lebih terhubung dengan realitas sehingga lebih stabil secara emosional. "Pengalihan" menjadikan dia mampu menggeser realitas itu.
Ada satu cara efektif untuk melakukan semua itu, di mana "grounding", "pengalihan", "pasrah" dan "ketenangan", yang bermuara pada "sembuhnya" fisik serta mental bisa berlangsung dengan tertib dan hampir bersamaan.
Caranya, adalah dengan "melekatkan" tujuh anggota tubuh secara fisik ke bumi plus menggeser "kemelekatan" mental dengan cara tertentu dalam sebuah "ritual".
_"Aku diperintahkan untuk sujud pada tujuh anggota tubuh yaitu: dahi - beliau berisyarat dengan tangannya pada hidungnya, kedua telapak tangan, kedua lutut, kedua ujung kaki."_
-- Muttafaqun ‘alaih
Cara itu disebut *sholat* yang *khusyu'*.
Di dalamnya ada "pasrah".
_"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauḥ Maḥfūẓ) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,"_
-- Al-Hadid: 22-23
Inilah yang disebut *panacea* atau obat dari segala obat.
_'Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman."_
-- Yunus: 57
Itu sebabnya dikatakan,
_"Berobat boleh, dan sabar itu lebih baik"."_
Hukum asal mengobati sakit fisik itu mubah, dan bisa bergeser menjadi sunnah, dan bisa menjadi wajib atau bahkan haram.
Sabar itu lebih baik, karena mengobati sakit mental dengan sabar, baik sakit mental karena terlalu melekat dalam ujian dan musibah, sakit mental karena sulit melekat dalam menjalankan ketaatan, dan sakit mental dalam upaya menghindari kemelekatan pada dosa dan maksiat, hukumnya adalah wajib.
_"Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)"_
-- HR. Bukhari Muslim
👍🙏❤️
Copy dari kaum fb Ikhwan Sopa